REXEL ID - Mengintip Proses di Balik Layar Pembuatan Kartun Shaun the Sheep: Kreatif, Rumit, dan Mengagumkan! - Kalau kamu pernah nonton kartun Shaun the Sheep, pasti setuju kalau kartun ini punya daya tarik unik yang nggak ada duanya. Tanpa banyak dialog, tapi bisa bikin ketawa dan terhibur. Tapi pernah nggak sih kamu kepikiran, sebenarnya bagaimana proses di balik layar pembuatan kartun lucu ini? Ternyata, ada kerja keras luar biasa, detail yang rumit, dan kreativitas tinggi dari tim produksi. Yuk, kita bongkar sedikit rahasianya!
Teknik Animasi Stop Motion: Butuh Kesabaran Tinggi
Shaun the Sheep bukan kartun biasa yang dibuat dengan komputer 3D atau animasi digital. Kartun ini menggunakan teknik stop motion animation, yaitu teknik animasi dengan memotret objek satu per satu dalam posisi yang sedikit berbeda, lalu menyusunnya menjadi rangkaian gerak.
Bayangin, untuk satu detik animasi, butuh sekitar 25 frame foto. Jadi, kalau ada satu episode berdurasi 7 menit, bisa butuh lebih dari 10.000 foto! Nggak heran kalau pengerjaannya bisa makan waktu berbulan-bulan.
2. Studio Aardman: Rumah Kelahiran Shaun
Shaun the Sheep diproduksi oleh Aardman Animations, studio asal Inggris yang juga terkenal lewat film Wallace and Gromit. Di studio ini, para animator bekerja di ruangan kecil yang penuh dengan miniatur—dari peternakan, rumah, pohon, sampai kandang.
Semua benda dan karakter dibuat manual, termasuk Shaun dan kawan-kawannya. Mereka terbuat dari plastisin (clay) dan bahan-bahan seperti karet busa, kain, dan kawat di dalamnya agar bisa dibentuk sesuai kebutuhan pose.
3. Pembuatan Karakter: Detail Sampai ke Bulu Domba
Setiap karakter di Shaun the Sheep dibuat dengan sangat detail. Misalnya, bulu Shaun dan teman-temannya dibuat dari wol asli yang digulung satu per satu dan ditempel di tubuh boneka. Proses ini bisa memakan waktu berjam-jam hanya untuk satu karakter saja.
Bahkan, ekspresi wajah seperti senyum, kaget, atau marah dibuat dengan mengganti bagian wajah atau mulut boneka. Jadi, animator harus sabar banget memindahkan bagian-bagian kecil ini setiap kali mengambil foto.
Baca Juga : Apakah Minecraft Mendukung Israel?
4. Set Miniatur: Dunia Kecil yang Sangat Nyata
Kalau kamu lihat latar belakang peternakan di Shaun the Sheep, semua itu bukan hasil CGI, tapi miniatur sungguhan. Tim set designer membuat bangunan, pagar, jalan, bahkan rerumputan dari bahan seperti kayu, kertas, spons, dan cat.
Setiap detil, dari tekstur tanah sampai cahaya matahari buatan, dibuat supaya terlihat nyata di kamera. Ini yang bikin kita sebagai penonton seolah-olah benar-benar sedang melihat dunia Shaun.
5. Tanpa Dialog, Tapi Penuh Cerita
Salah satu ciri khas Shaun the Sheep adalah tidak ada dialog jelas. Semua karakter hanya bersuara “meee,” tertawa, atau mengeluarkan suara aneh. Tapi justru ini yang bikin ceritanya jadi universal dan bisa ditonton oleh semua usia di seluruh dunia.
Untuk menyampaikan cerita, para animator mengandalkan gerak tubuh, ekspresi wajah, dan efek suara. Musik juga jadi elemen penting untuk membangun suasana dan emosi di setiap adegannya.
6. Tim Besar di Balik Layar
Meskipun terlihat sederhana, pembuatan satu episode Shaun the Sheep melibatkan tim besar: animator, pembuat boneka, desainer set, penulis naskah, editor, hingga teknisi pencahayaan dan kamera.
Biasanya, satu animator hanya bisa mengerjakan 2-4 detik animasi per hari, tergantung tingkat kesulitannya. Jadi bisa kebayang, untuk menyelesaikan satu episode saja bisa memakan waktu berbulan-bulan!
7. Kreativitas Tanpa Batas
Yang bikin Shaun the Sheep spesial adalah ide-ide ceritanya yang selalu segar, lucu, dan kadang absurd. Tim kreatif selalu berusaha membuat situasi sehari-hari jadi petualangan seru, entah itu soal mesin cuci rusak, alien datang ke peternakan, atau Shaun menciptakan kekacauan di dapur.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya imajinasi dan kolaborasi dalam proses produksi.